Minggu, Agustus 28, 2011

Mantan Kekasih


Mantan Kekasih




Aku terpaksa menangis
 
Aku terpaksa merintih
Cahayaku semakin redup
Memilukan
_____

Pria itu menatap sendu ke arah sebuah jam pasir ‎yang tersimpan rapi dimeja belajarnya. Membuat rasa rindu ‎itu semakin menguat. Pelangi hatinya sudah pergi, jauh meninggalkannya. Salahnya memang, memutuskan hubungan itu hanya karna rasa kekaguman ‎yang muncul dihatinya untuk gadis lain selain gadis manis ‎yang saat itu sudah resmi menjadi pemilik hatinya.
Hufttt..dia sadar, dia adalah lelaki. Meskipun menangis adalah hal ‎yang wajar -sekali pun untuk lelaki- namun ia tetap tak ingin membiarkan bulir-bulir airmata itu menyeruak dari kelopak matanya.
Ia meraih jam pasir itu dan mulai membolak balik nya secara perlahan. Satu percakapan kecil ‎dengan gadis manis dimasa lampau itu terngiang kembali

»»

Rio, pria hitam manis dan bertubuh jangkung itu melangkahkan kakinya menghampiri sesosok gadis yang sudah 2 bulan ini mengisi hari-harinya. Ia tertawa kecil melihat tingkah polos sang gadis ‎yang nampak serius memperhatikan jam pasir ‎yang tersimpan rapi dimeja belajarnya

"Kenapa Fy..??"tanya nya, gadis ‎yang dipanggil 'Fy' itu menoleh dan tersenyum kecil

"Jam pasirnya bagus"jawabnya singkat

"Kamu suka..??"tanya Rio -lagi-, Ify mengangguk polos "ya udah buat kamu aja"

Ify menggeleng "ngga, aku suka bukan karna aku pengen punya tapi aku suka karna eummm aku jadi punya satu perumpamaan tentang jam pasir ini"Ify tersenyum, tangannya menyisir halus permukaan kaca ‎yang menyimpan butir-butir kecil pasir tersebut

Alis Rio bertaut, ia mengambil tempat ditepi tempat tidurnya, tepat menghadap Ify "maksudnya..??"

"Eumm gini lho, jam pasir ini kan isinya banyak. Terus dia turunnya secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit sampai akhirnya dia ngumpul jadi satu dibawah gini"jelas Ify sambil menunjuk-nunjuk kumpulan pasir ‎yang menggunung dibagian bawah "banyakkan..??"ujarnya lagi, Rio mengangguk pelan. Ia masih belum menangkap akan maksud Ify

"Nah, gitu juga rasa cinta dan sayang aku buat kamu, yang aku titipin secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit sampai akhirnya ngumpul banyak...banyakkkkk banget"Ify membentangkan kedua tangannya dengan luas, Rio terkekeh. Meskipun penjelasan Ify terlalu ribet, namun ia sudah mengerti akan maksud Ify

"Iyaaa..aku tau kok"

"Kamu tau gak Yo, sekarang kan rasa sayang aku buat kamu udah banyak"ujar Ify sambil menatap Rio "dan aku takut kalau nanti kamu ninggalin aku. Aku takut kamu bakalan jatuh cinta sama cewe lain disaat rasa sayang aku udah banyak kaya sekarang"sambungnya lirih. Ify berbicara seperti ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, ia mulai mendengar berita ‎yang tidak menyenangkan tentang Rio belakangan ini. Lebih tepatnya sejak kedatangan seorang siswi baru dikelas Rio, dan Rio ‎yang memang terkenal berotak encer diminta untuk mengajarkan beberapa mata pelajaran ‎karna gadis itu sudah ketinggalan beberapa bab dari mata pelajaran ‎yang akan diajarkan Rio tersebut.

Rio bangkit dari tepian tempat tidurnya dan berlutut didepan Ify. Kesepuluh jarinya menggenggam lembut tangan Ify

"Aku sayang kamu dan aku gak akan pernah ninggalin kamu untuk cewe lain"

««

Rio merasa tertohok seketika setelah teringatkan sebagian kecil masa lalunya itu. Ucapan ‎yang -mungkin- bisa dibilang sebuah janji itu, dilanggar olehnya. Meninggalkan Ify karna dirinya yang entah sejak kapan telah jatuh hati pada siswi baru ‎yang menjadi 'murid' nya untuk beberapa waktu saat itu.
Hatinya sakit mengingat betapa bodohnya ia saat itu, meninggalkan cinta lama nya demi cinta baru ‎yang nyatanya tak se-setia cinta lamanya

.....

Kau masih bisa ku lihat
Suaramu masih ku dengar
Namun kenyataan ini mengharukan
_____

Langkahnya tertahan. Matanya terpaku. Tubuhnya tetap berdiri tegak didepan pintu kelasnya. Niat awal ‎yang tadinya hendak ke kantin pun urung dilakukakan saat ia menangkap sileut 'sang mantan'.
Masih sama. Wajah cantiknya, suara lembutnya. Bedanya hanya gadis itu bukan miliknya lagi. Dan mungkin ia tidak memiliki kesempatan untuk memlikinya lagi

"Iya deh ‎yang bisa"samar-samar suara Sivia -salah satu teman Ify- terdengar ditelinga Rio

"Woyadong bisa, nih yah kalau cuman basket doang mah kecil"sahut Ify sambil menjentikkan jarinya

Rio tersenyum tipis, gadis itu masih saja narsis, pikirnya.

"Tau deh ‎yang mantannya kapten basket"sambung Sivia, Ify tersenyum. Berbeda dengan Rio, mendengar kata 'mantan' hatinya kembali mencelos

"Ehehee..iya, dia satu-satunya mantan gue ‎yang paling hebat. Ganteng, keren, ramah, baik, pinter, jago basket lagi"puji Ify tulus. Kata-kata ‎yang terdengar dari mulutnya tidak terdengar kaku ataupun canggung. Seolah ‎apa ‎yang baru saja diungkapkannya adalah hal biasa dan untuk orang biasa. Berbeda dengan Rio ‎yang masih berdiri ditempatnya, ia merasa tersanjung. Pujian itu mungkin memang sudah biasa ia dengar dari kebanyakan orang tapi dari Ify..?? Sudah lama ia tak mendengar gadis itu menyanjung nya dengan pujian-pujian kecil namun sanggup membuatnya tersenyum malu

"Ya ialah, mantan lo kan cuman dia"kali ini Zevana ‎yang menimpali ucapan Ify

"Yah..yah..dia emang paling hebat, saking hebatnya dia udah bikin lo sakit hati dan nangis 7 hari 7 malem gara-gara diputusin ama dia"sambung Sivia meledek. Sungguh, niatnya hanya bercanda. Namun siapa sangka, candaan ‎yang disambut cibiran oleh Ify itu mampu membuat seseorang ‎-yang masih setia ditempatnya- kembali merasa bersalah..??

"Apabanget deh lo Siv"

"Udah ah, ke kantin yuk, entar keburu bel"ajakan Zevana tersebut mengantarkan kepergian Ify pandangan Rio. Rio mendesah pelan, tak pernah terpikirkan olehnya kalau ternyata hatinya masih milik Ify dan mungkin selamanya milik Ify

"Eh bro, jangan ngelamun deh. Ntar kesambet"suara Gabriel -teman sebangku Rio- ‎yang tiba-tiba menyapanya membuat Rio mengelus dada

"Ngagetin aja lo Yel"

"Habis, pagi-pagi udah ngelamun. Ke kantin aja yuk"ajak Gabriel, Rio mengangguk setuju. Keduanya pun melenggang meninggalkan kelas menuju kantin

.....

Seseorang disana telah memilikimu
Aku kan berdosa bila merindukanmu
_____

Sesak itu kembali melanda. Tiba-tiba ia merasa susah untuk bernafas. Entah hanya perasaannya saja, ia merasa udara sejuk disekitarnya berubah menjadi polusi. Sangat tidak enak untuk dihirup.
Seiring dengan pandangan lurus bola matanya ‎yang menhadap ke pinggir lapangan basket. Gadis manis ‎yang sudah menjadi mantannya lebih dari 6 bulan ‎yang lalu terlihat akrab dengan seorang pria putih berwajah oriental. Seingat Rio namanya Alvin, lengkapnya Alvin Jonathan Sindunata

"Cape yah Vin..??"tanya Ify saat Alvin baru saja menghempaskan tubuhnya disisi Ify. Alvin tersenyum dan mengangguk kecil

"Nih.."Ify menyodorkan sebotol minuman isotonik rasa jeruk kesukaan Alvin

"Makasih cantik"ucap Alvin manis, Ify tersipu mendengarnya

Glekk..glekk..glekkk...Alvin meneguk minuman itu dengan cepat. Ify tertawa kecil melihat wajah Alvin saat itu. Kulitnya putih, matanya sipit, dahinya berkeringat tapi tetap ganteng dimata Ify. Puas memandangi wajah Alvin, Ify mengambil handuk kecil ‎yang tergeletak diatas ransel Alvin. Dan dengan pelan ia menyeka lelehan keringat Alvin saat itu.
Alvin terkesiap. Ia mengalihkan pandangannya dan menatap tepat dikedua manik mata Ify. Ify ‎yang ditatap seperti itu mendadak salting

"Jangan liatin aku kaya gitu dong Vin"pinta Ify, wajahnya menunduk. Alvin tersenyum, ia ikut menunduk dan kembali menatap mata Ify dengan posisi setengah menunduk tentunya

"Kamu malu..??"tanya Alvin pelan, Ify mengangguk "aku kan pacar kamu sayang"sambungnya manja. Ify jadi geli sendiri mendengarnya

"Apaan sih Alvin"Ify mendorong pelan bahu Alvin dengan cepat Alvin menarik tangan ‎‎yang mendorong bahunya itu. Membuat tubuh Ify tertarik masuk dalam pelukannya. Keduanya tertawa bersama.

Disisi lain, Rio menatap marah kearah kedunya. Ujung tali ranselnya dicengkram kuat. Lagi-lagi ia mendesah, dulu dia lah ‎yang akan disuguhi minuman sehabis berlatih basket oleh Ify. Dulu, dialah ‎yang diseka-kan keringatnya oleh Ify. Tapi sekarang...tidak, Rio harus sadar. Ify bukan lagi miliknya. Ify kini milik Alvin, pria ‎yang ia harapkan lebih bisa menjaga Ify daripada dirinya. Dengan sekali hentakan keras, ia berbalik dan melanjutkan perjalanannya menuju parkiran sekolah

.....

Mantan kekasihku..jangan kau lupakan aku
_____

Jrenggg....Rio menggenjreng asal gitarnya. Pikirannya berkecamuk, rindu ‎dihatinya semakin menggebu. Ia rindu senyum manis Ify, ia rindu tingkah manja Ify, ia rindu ucapan polos Ify. Ia rindu Ify.
Merasa bermain gitar tak membantu mengurangi rasa rindunya, Rio beranjak dari balkon kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Dipandangi nya langit-langit kamar berwarna biru malam itu. Senyum Ify tiba-tiba terukir disana, membuat Rio ikut menarik sudut-sudut bibirnya hingga membentuk senyuman

"Gue kangen sama lo Fy"ucapnya lirih. Ia memejamkan kedua matanya, membayangkan Ify dan semua masa-masa indahnya bersama Ify. Seketika matanya terbuka, ia bangkit dari tempat tidurnya dan beralih ke laci kecil disamping tempat tidurnya. Tangannya mengacak-acak laci tersebut guna mencari sebuah mini box berbentuk persegi, berwarna gold ‎yang memang ia simpan didalam laci tersebut

"Ini dia"gumamnya senang. Dengan perlahan dibukanya kotak kecil tersebut, matanya kini menangkap sebuah benda kecil. Sederhana memang bagi ‎yang melihatnya, tapi bagi Rio ‎yang tak hanya sekedar melihat namun juga mengerti akan arti dari benda tersebut tentu itu bukan lah hal ‎yang biasa.
Lagi-lagi pikirannya melayang, ke satu tahun ‎yang lalu. Saat Ify menghadiahinya benda kecil itu tepat dihari ulang tahun dan anniversary hubungan mereka ‎yang pertama

»»

"Happy birthday Rio ku, selamat hari jadi, longlast yah"ucap Ify sumringah. Rio ‎yang sudah terlelap dari beberapa jam ‎yang lalu, mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Ia terkejut dengan kehadiran Ify ‎yang secara tiba-tiba, tengah malam pula. Ditangannya Ify membawa sebuah kue tart kecil dengan lilin angka 15 menghiasi sekelilingnya

"Ify.."ucapnya lirih, masih terkejut dengan suprise pemberian Ify

"Ngomongnya ntar aja, sekarang tiup lilinnya dong"suruh Ify. Ia menyodorkan kue tart tersebut kehadapan Rio "make a wish dulu Yo"sambung Ify mengingatkan. Rio mengangguk, kemudian mulai memejamkan matanya. Hening sejenak dan fiuhhhhh...lilin tersebut ditiup cepat oleh Rio

"Kamu gak ngasih aku kado nih..??"tanya Rio iseng. Ify langsung meletakkan kue tart tersebut ke atas meja belajar Rio

"Ada dong"Ify tersenyum misterius. Kemudian tangan kanannya merogoh saku jins ‎yang dikenakannya "tarrrammmm"sebuah mini box berwarna gold berada ditelapak tangan Ify. Dengan kening berkerut Rio menerima kotak mungil tersebut

"Apaan nih"Rio mengguncang pelan mini box tersebut

"Buka dong kalau mau tau"Rio menurut, pelan-pelan ditariknya pita kecil penghias mini box tersebut dan...

"Kunci..??"alis Rio bertaut, wajahnya menunjukkan ekpresi heran dengan sebuah kalung berbandul kunci ditangannya

"Iiihhh..itu kalung Mario"ralat Ify

"Iya maksud aku kalung berbandul kunci. Buat ‎apa...??"

"Aku juga pake tapi bandulnya gembok"Ify memperlihatkan kalung ‎‎yang sama persis dengan milik Rio "itu ada maknanya"lanjut Ify

"Apaa..??"

"Eumm..hati aku yang dulu kegembok cuman punya satu kunci. Dan kunci itu aku titipin ke kamu, karna aku sudah mempercayakan hati aku ke kamu. Jadi kamu harus bisa menjaga hati aku dengan baik yah"pesan Ify disertai cengiran kecil

"Oh gitu, oke tapi kenapa harus aku ‎yang ngejaga hati kamu..?? Mestinya kan kamu sendiri Fy"

"Iihh...Rio gimana sih, kan kunci hati aku sama kamu jadi kamu lah ‎yang harus jaga"Ify manyun, dilihatnya tampang Rio ‎yang sangat konyol. Pasti masih belum ngerti, pikir Ify

Ify menghela nafas sebentar "gini loh Rio, ibarat kata aku ini rumah dan kamu adalah pemilik rumah artinya ‎yang pegang kuncinya kamu kamu kan..??"Rio mengangguk-angguk "nah sebagai pemilik rumah kamu harus menjaga rumah kamu dengan baik, jangan sampai rumah kamu kemalingan karna sebagai pemilik rumah kamu bertanggung jawab atas rumah kamu sendiri"jelas Ify, Rio tertawa

"Ahahaa..Ify..Ify..perumpamaannya jelek banget, masa' rumah sih..ahahaa"Rio tertawa sambil memegangi perutnya membuat bibir Ify semakin maju

"Ketawa aja terus, ntar kalau aku digaet sama cowo lain baru deh nyesel"

««

Yahh...dan kini Rio sangat menyesal, karna sekarang Ify telah menjadi milik orang lain. Dan semua adalah salahnya, salahnya ‎yang tidak bisa menjaga dengan baik ‎apa ‎yang telah menjadi miliknya

.....

Bila suatu saat nanti
Kau merindukanku
Datang-datang padaku
_____

Rio menghentikan senandungnya ‎yang diiringi petikan gitar Gabriel. Keduanya sedang menghabiskan jam kosong dengan bernyanyi didepan kelas. Hal ‎yang memang sudah menjadi kebiasaan mereka berdua saat sedang suntuk, atau tidak ada kerjaan seperti sekarang ini

"Eh Yo, gue mau nanya nih sama lo"ujar Gabriel serius, ia memindahkan gitar dipangkuannya ke pangkuan Rio

"Serius amat tu muka. Emang lo mau nanya apaan..??"tanya Rio, tangannya memetik pelan senar-senar gitar dipangkuannya

"Elo masih ada rasa yah sama Ify..??"jari Rio berhenti memetik senar-senar gitar tersebut, ia memandang Gabriel dengan tatapan ‎yang sulit diartikan

"Kok tiba-tiba elo nanya gitu..??"

Gabriel mengangkat bahu "ya gue juga gak tau sih, tapi feeling gue bilang begitu"

Rio mendesah "hhhh..gak tau deh Yel, ‎yang jelas gue nyesel banget udah mutusin Ify"Rio menunduk, menumpukan kepalanya pada gitar akustik ‎yang berada dipangkuannya "dan semenjak putus sama dia trus dia jadian sama Alvin...gak tau kenapa gue kok gak terima yah. Gue juga ngerasa kehilangan banget"lanjutnya

Gabriel meluruskan kedua kakinya ke depan. Kedua tangannya bertumpu dilantai, sedikit lebih belakang dari posisi duduknya "benerkan..?? Gue liat akhir-akhir ini lo sendu banget tau gak. Kalau anak gaul bilang, galau galau mellow. Tampang kucel, penampilan lecek, gak semangat pula. Aura lo lenyap seketika"Gabriel berceloteh ria, menjabarkan semua perubahan ‎yang terjadi pada Rio akhir-akhir ini

"Emang sampe segitunya yah Yel..??"tanya Rio polos, Gabriel mengangguk "kok gue gak nyadar yah..?? Tapi masih tetep gantengkan Yel..??"

Gabriel mendengus, orang lagi serius juga pake narsis segala

"Gue juga bingung sih Yel, kenapa gue bisa kaya gini"

"Itu karna lo baru nyadar kalau lo kehilangan Ify banget semenjak kalian putus"

"Iya, maksud gue ya gue gak nyangka aja gitu kalau gue bisa sampe sebegininya nih, kaya sekarang ini"

"Makanya bro, jangan terlalu cepat mengambil keputusan. Mestinya, sebelum lo mutusin buat putus sama Ify karna lo suka ama Shilla, ya elo selidikin dulu, perasaan lo buat Shilla beneran cinta atau cuman sekedar suka sesaat doang. Sekarang kaya gini kan jadinya"

"Huhhhh...udah deh, ‎yang lewat gak usah diungkit-ungkit lagi"protes Rio kesal, Gabriel terkekeh "lagian waktu itu kan niat gue baik, gue gak mau ntar jadinya malah ngebohongin Ify karna gue suka ama Shilla trus ujung-ujungnya gue malah selingkuh dibelakang Ify"ujar Rio membela diri

"Udah deh, ‎yang lewat gak usah diungkit-ungkit lagi"sahut Gabriel mengulang kata-kata Rio

"Eh tapi gue makasih banget deh ama lo Yel, karna lo gak ngejauhin gue atau malah sampe nonjok gue gara-gara gue mutusin Ify. Ya secara, Ify kan adek lo"

"Yee..GR lo, kalau bukan karna dilarang Ify elo sih udah abis sama gue"Gabriel melayangkan toyoran kecil ke kepala Rio "lagian kakak mana sih ‎yang rela plus tega adeknya diputusin cuman karna cowonya suka sama cewe lain"sambung Gabriel menyindir

"Iya deh iya, gue salah. Baru gue sadar, ternyata Ify emang ‎yang terbaik dan selamanya akan selalu jadi ‎yang terbaik"ucap Rio sungguh-sungguh. Gabriel tersenyum, kemudian tangan kanannya merangkul Rio

"Gue seneng lo udah sadar. Eh by the way gimana kalau ntar malem lo main kerumah gue"ajak Gabriel, Rio menatap heran ke arah Gabriel

"Tumben..?? Gue gak enak ah sama Ify, apalagi kalau ntar disana ada Alvin, bisa panas gue"tolak Rio, meskipun dalam hati ia sangat ingin bertandang ke rumah Gabriel

"Alahhh....Alvin lagi ke Malang, Oma nya sakit. Lagian emang lo gak mau ngobrol gitu sama Ify..?? Face to face..mumpung lagi gak ada Alvin"bujuk Gabriel, ia sangat berharap Rio menerima ajakan nya kali ini. Bukan hanya Gabriel malah, Ify juga. Beberapa hari ‎yang lalu Ify sempat mengutarakan isi hatinya kepada Gabriel. Tentang kerinduannya kepada Rio dan hal itu membuat Gabriel merasa kasihan pada adiknya itu

"Eumhh..ya udah deh"ujar Rio akhirnya "eh tapi..ntar kalau gue canggung gimana..?? Lo kan tau Yel, gue udah lama gak ngobrol ama Ify..??"

Gabriel mendengus sebal "itu aja dipikirin. Biasa aja udah"

Rio nyengir "Ehehee..maklum grogi gue"

"Iya deh ‎yang masih berharap"ejek Gabriel sambil bersiap-siap lari dari hadapan Rio

"Sialan lo Yel"Rio ikut berdiri dan mulai berlari mengejar Gabriel

.....

Matahari telah beranjak pergi dari 2 jam lalu. Kini bintang-bintang mulai bermunculan menghiasi langit biru malam ini. Ify menikmati pemandangan itu dengan sesekali menghembuskan nafas beratnya. Berharap ia bisa melepas sedikit demi sedikit rasa rindunya seperti ia melepaskan desah nafasnya. Ia menatap bulan separuh malam itu, indah...itulah ungkapan Ify. Seindah wajah seseorang ‎yang diam-diam selalu ia rindukan beberapa waktu terakhir ini. Hanya Tuhan, dirinya dan Gabriel -kakaknya- ‎yang tahu betapa ia sangat ingin menghabiskan waktu walau sejam saja bersama mantan kekasihnya. Ify tak bisa menampik kalau ternyata rasa cinta dan sayang itu masih ada untuk 'dia' meskipun saat ini telah ada seseorang ‎yang lain, yang telah ia pilih untuk mengisi hari-harinya, menggantikan 'dia' ‎yang dulunya selalu mewarnai hari-harinya.

Sebuah sentuhan halus mendarat di pundak Ify. Ify mendongak dan mendapati wajah kedua sahabatnya tengah tersenyum manis dengan lesung pipi ‎yang semakin mempermanis wajah mereka

"Ngagetin aja"Ify mendengus, kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya menatap ribuan bintang ‎yang terhampar di langit luas malam itu

"Elo ngelamun sih"

"Tau, kita tuh daritadi sibuk nyariin lo, untung ada kak Gabriel ‎yang baik hati, murah senyum dan suka menolong. Ya kan Zev"cerocos Sivia, Zevana mencibir pelan sedangkan Ify melayangkan sebuah toyoran kecil ke kepala Sivia

"Huuu...gue tau lo naksir ama kakak gue, tapi gak usah sampe segitunya juga kali kalau muji dia"

Sivia nyengir sambil menggaruk-garuk kecil kepalanya "tau aja lo Fy"ujarnya polos, Ify dan Zevana kompak melengos

"Hai adik-adik ku semuanya...‎apa kabar..??"sapa Gabriel dengan gaya lebaynya, seperti biasa..ia selalu menyertai sapaannya dengan senyum manis ‎yang selalu sukses membuat Sivia terdiam sejenak menikmati pemandangan indah -menurut Sivia- itu

"Hai kak Gab"balas Zevana dan Sivia kompak. Dan seperti biasa juga, Sivia selalu membuat senyumannya menjadi dua kali lebih manis dari biasanya untuk Gabriel

"Lo gak bales nyapa gue Fy..??"

"Males, kan udah dibales tadi sama dua anak disamping gue"jawab Ify malas. Dalam hati Ify mengumpat kesal, mana janji Gabriel ‎yang katanya akan mengajak Rio ke rumah hari ini..?? Dari siang ditungguin gak dateng-dateng tuh ‎yang diharepin Ify. Bagi Ify, bisa melihat Rio dengan leluasa -tanpa kehadiran Alvin seperti biasanya- walau hanya sebentar, itu sudah mampu mengobati sedikit rasa rindunya. Ya meskipun kalau seandainya Ify bisa bercengkrama seperti dulu jauh lebih menyenangkan

"Kalau gue ‎yang nyapa..??"

Ify tersentak, suara itu....suara ‎yang teramat sangat dikenal dan sampai detik ini masih diingatnya. Masih dalam keadaan ragu, Ify menghela nafas sebentar dan menunggu apakah akan ada ucapan selanjutnya..?? Sekedar memastikan bahwa ia sedang tidak berhalusinasi

"Beneran gak mau nyapa gue nih kayanya.."kalimat ‎yang terlontar kali ini terdengar kecewa

Nafas Ify memburu, jantungnya berdegup kencang, darahnya mengalir cepat. Dengan perlahan Ify memutar kepalanya ke belakang dan mendapati wajah tertunduk ‎yang Ify yakini milik Rio. Senyum Ify tercipta seketika, namun ada ‎yang mengganjal dalam hatinya. Kemana Gabriel..?? Kemana Sivia..?? Kemana Zevana..?? Kemana mereka semua..??

"Gue pikir lo bakalan seneng kalau gue ke sini"sambung Rio, kepalanya masih tertunduk. Ify menggelengkan kepalanya dan dengan cepat ia bangkit dari duduknya, berlari kecil dan brukkk...tubuhnya menubruk Rio, memeluk dengan erat. Mengungkapkan betapa ia sangat merindukan Rio, Rio tersenyum dan balas memeluk Ify. Tangan kanannya merangkak naik, membelai lembut rambut panjang Ify

"Aku kangen sama kamu"ucap Ify lirih

Bahkan sampai detik ini ia masih saja menggunakan 'aku..kamu' saat berbicara dengan Rio

"Aku juga"sahut Rio ‎yang sudah merubah kata-katanya menjadi aku..kamu "kita duduk disana yuk"ajak Rio, Ify melepaskan pelukannya dan mengangguk kecil.
Tanpa persetujuan Ify, kelima jemari Rio menggenggam lembut jemarinya, menuntunnya menuju sebuah bangku panjang ‎yang terletak didepan kolam ikan.

"Kak Iyel sama ‎yang lainnya kemana..??"

"Ngga tau. Emang kenapa..?? Kamu gak suka yah ditinggal berdua sama aku..??"tanya Rio menggoda matanya menatap Ify tajam, Ify tertunduk malu

"Jangan ngeliatin aku begitu"ucap Ify pelan

"Kenapa..??"

"Aku malu"ucap Ify polos

"Ehehee..kamu gak berubah yah"

"Apanya..??"

"Terlalu polos"

Rio mengacak-acak poni Ify gemas. Rasanya geregetan sendiri ngeliat tingkah polos Ify

"Kamu ‎apa kabar..??"tanya Ify ‎yang mulai mau menatap Rio "aku denger kamu habis kecelakaan..??"sambung Ify, dari nada bicaranya terdengar khawatir

"Kok tau..??"Rio heran juga, kok Ify bisa tau..?? Yah..seandainya kecelakaan itu terjadi didepan sekolah atau disekitar kompleks perumahan mereka sih wajar. Tapi seingatnya kecelakaan itu terjadi didaerah lain. Selain itu, Rio juga gak pernah memberitahukan Gabriel. Jadi, Ify tau darimana..??

'Apasih ‎yang ngga aku tau tentang kamu Yo. Kecuali isi hati kamu mungkin'batin Ify

"Gak penting aku tau darimana. Jadi, gimana kondisi kamu sekarang..??"Ify berusaha mengalihkan pembicaraan

"Ya seperti ‎yang kamu liat, aku masih bisa nyamperin orang ‎yang katanya lagi kangen sama aku malem ini"

"Siapa..??"tanya Ify polos

Rio mencubit kecil kedua pipi Ify "ya kamu lah cantik"

"Iihhh...Rio mah"Ify memukul manja pundak Rio. Selalu saja, ia selalu tersipu setiap Rio menggodanya. Bahkan disaat statusnya sudah menjadi milik Alvin sekalipun.
Alvin....tiba-tiba nama itu terlintas dibenak Ify. Membuatnya berhenti memukul kecil pundak Rio. Rasa bersalah melintas dibenaknya. Ia merasa menjadi seorang ‎yang munafik saat ini. Alvin ‎yang dengan tulus mencintainya, menyayangi dan mengasihinya. Sementara Ify..?? Disini ia malah asik bersenda gurau dengan 'sang mantan' hingga hampir melupakan Alvin.
Tawa Ify lenyap, berganti dengan desahan penuh penyesalan. Bersalah..?? Pastinya...

Rio ‎yang membaca perubahan raut wajah Ify mencoba mencairkan suasana ‎yang mendadak kaku diselimuti keheningan ini

"Oh iya, Alvin...eum dia ‎apa kabar..??"Rio agak sedikit kikuk saat menyebutkan nama Alvin, entahlah...mungkin ia masih menganggap Alvin merebut pelangi hatinya, meskipun pada kenyataannya dia lah ‎yang melepaskan pelangi hatinya saat itu

"Dia sehat kok. Sekarang..dia lagi ke Malang, omanya sakit"

"Kok kamu gak ikut ngejenguk..??"

"Alvin gak mau aku repot, dia bilang biar nanti dia aja ‎yang ngebawa oma ke sini"

Rio tersenyum miris, hatinya sakit mendengar penuturan Ify. Penuturan ‎yang secara tidak langsung menjelaskan betapa baiknya Alvin, bahkan ia tak ingin membuat Ify repot meskipun Ify tak pernah merasa direpotkan sama sekali

"Alvin cowo ‎yang baik kan Fy..??"tanya Rio, sebenarnya ia tahu ‎apa jawabannya. Hanya saja, ia ingin memastikan bahwa penilaian nya selama ini benar

Ify tersenyum "iya, dia baik. Baikkkkkk...banget"

"Lebih baik daripada aku..??"

Ify menggeleng, jari jemarinya meraih lembut telapak tangan Rio. Digenggamnya kelima jari kokoh Rio dengan erat. Rio mendongak, ditatapnya Ify penuh tanya

"Alvin sama kamu memang dua orang ‎yang berbeda tapi menurut aku berhati sama. Alvin baik, kamu juga baik. Dan buat aku gak ada satu pun diantara kalian ‎yang gak baik"ucap Ify jujur

"Kamu berhak menilai Alvin lebih baik daripada aku Fy, karna pada kenyataannya...Alvin gak pernah nyakitin kamu, kamu selalu senang kalau lagi sama dia"

"Rio...kamu sama Alvin sama-sama baik. Tapi mungkin...ya emang Alvin bisa aku bilang lebih baik karna sampe detik ini dia gak pernah nyakitin aku. Eummm tapi bukan berarti kamu gak baik"

"Aku masih sayang sama kamu Fy"ucap Rio lirih "aku nyesel udah ngelepas kamu begitu aja"sambungnya, Ify sudah tak mampu menahan laju air mata ‎yang mulai mengalir dari kelopak matanya. Ia memang senang mendengar pengakuan Rio, karna itu artinya mereka masih memiliki rasa ‎yang sama. Tapi disisi lain hatinya kembali miris, mengingat ia sudah menjadi milik Alvin. Seseorang ‎yang tak pernah sekalipun membuatnya bersedih justru sebaliknya, Alvin adalah orang pertama ‎yang menghiburnya ketika hubungannya dan Rio berakhir. Bukan Sivia atau Zevana...

"Aku..ak..akuu"Ify bingung harus berkata ‎‎apa. Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Rio sudah lebih dulu memeluknya. Ify diam, tidak berontak tapi juga tidak membalas

Hening. Hanya semilir angin ‎yang berhembus disekitar mereka. Masih dalam posisi memeluk Ify, Rio menumpahkan isi hatinya dalam diam. Ify sendiri mencoba tenang, ikut menumpahkan sisa-sisa rindu ‎yang belum sepenuhnya tersampaikan

"Aku juga sayang kamu Yo"kalimat lirih itu tiba-tiba saja terlontar dari mulut Ify. Rio melepas pelukannya dan menatap Ify tidak percaya

"Serius Fy..??"tanya nya sumringah. Ify memejamkan matanya sekejap, kemudian menganggukkan kepalanya

"Aku..gak tau kenapa, aku masih punya rasa itu buat kamu Yo, meskipun disatu sisi aku sudah punya Alvin"

Rio tersenyum. Rasanya untuk memiliki Ify kembali bukanlah suatu hal ‎yang mustahil. Toh, sudah jelas Ify masih memiliki rasa itu untuknya, sama dengan dirinya.
Rio memejamkan matanya dan menggeleng lemah. Ngga, dia ngga mau menjadi orang ‎yang egois. Mungkin dia bisa kembali memiliki Ify, tapi Alvin..?? Bagaimana dengan Alvin ‎yang jelas-jelas sudah menjadi kekasih Ify saat ini..?? Dia tidak mungkin tega merebut Ify dari pria sebaik Alvin. Alvin lelaki, dia pun lelaki. Pasti dia bisa merasakan kemungkinan ‎apa ‎yang dirasakan Alvin nantinya. Lagi pula Alvin lelaki ‎yang baik, tidak ada salahnya ia mencoba mengikhlaskan Ify bersama Alvin

"Makasih Fy"

"Tapi kita..."

"Aku ngerti, kamu masih punya Alvin dan aku gak akan setega itu sama cowo sebaik Alvin. Dia berhak bahagia karna cintamu"ucap Rio, ia mencoba mengucapkan semua kalimat itu dengan tegas. Meyakinkan Ify bahwa ia akan baik-baik saja

"Aku seneng kamu bisa ngertiin aku Yo"

Rio tersenyum, perlahan ia mendekat ke arah Ify dan mencium lembut puncak kepala Ify "mulai sekarang kita sahabat yah"ucap Rio, ia menyodorkan kelingking kanannya kepada Ify

"Sahabat selamanya"ucapa keduanya bersamaan

Dari tempat ‎yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini, 3 anak manusia menatapo keduanya bahagia. Gabriel, Sivia dan Zevana. Kakak dan kedua sahabat Ify itu merasa puas dengan keputusan Rio dan Ify

'Gue tau lo pasti gak bakalan salah bertindak Yo'batin Gabriel senang

'Semoga elo sama Rio bisa sama-sama bahagia yah Fy'harap Sivia dalam hati

'Aku..gak tau kenapa aku lebih rela kalau kamu balikan sama Rio, Fy'batin Zevana miris. Zevana tersadar dengan ucapan batinnya tadi, ia mendesah 'ngga, lo gak boleh egois Zevana. Ify sahabat lo, mestinya elo seneng karna Ify gak berniat nyakitin hatinya Alvin. Karna kalau Ify nyakitin hatinya Alvin, sama aja dia, nyakitin elo. Iya kan Zev..??'batin Zevana berkecamuk. Ia memang memiliki rasa ‎yang lebih untuk Alvin, namun saat ia tahu Alvin telah menentukan pilihan Zevana mencoba menerima semua itu. Toh Ify sahabatnya, jadi ‎apa salahnya membiarkan Alvin bahagia dengan wanita ‎‎yang sudah pasti baik

"Zev..Zev...Zevaaaa"seru Sivia agak keras, tangannya melambai-lambai didepan wajah Zevana

"Apaan sih Siv..??"

"Lo budek yah, dipanggil gak nyaut-nyaut"sungut Sivia kesal, Sivia melirik tangan kanan Gabriel ‎yang melingkar dibahunya, sedangkan tangan kiri Gabriel melingkar dibahu Zevana "ini ‎juga, iseng banget sih tangan lo, kak"sambung Sivia sambil memukul tangan Gabriel

"Iya nih, kalau ‎yang lo rangkul Sivia gak papa, dia malah seneng tapi kalau lo ngerangkul gue juga ‎yang ada Sivia ngamuk, kaya gini nih"ceplos Zevana asal tapi tepat sasaran

"Apaan sih lo Zev"

"Ohhh...gitu, jadi Sivia maunya gue ngerangkul dia aja nih Zev..??"tanya Gabriel pada Zevana sambil menaik turunkan alisnya menggoda Sivia

"Nah yah, ketauan kan ngintipin kita"ucap Ify ‎yang tiba-tiba membatalkan niat Sivia menjawab godaan Gabriel tadi. Gabriel, Sivia dan Zevana saling melempar pandang, keduanya kompak tersenyum

"Balikan yah..??"tanya Sivia pura-pura gak tau

"Ya ngga dong"jawab Ify cepat

"Kenapa gak balikan..?? Kan masih saling sayang..??"sambung Gabriel iseng

"Kalau kita balikan, Alvin gimana..??"tanya Rio menanggapi candaan Gabriel

"Kasih ke Zevana dong"celetuk Sivia asal, Zevana merasakan jantungnya berdetak cepat mendengar ucapan Sivia barusan

"Huhh..kalau gue sama Rio jodoh, pasti kita bakalan bersatu lagi kok. Ya walau pun sekarang gue sama Alvin tapi ya kalau namanya jodoh pasti nanti gue balik lagi sama Rio"ucap Ify sambil tersenyum. Zevana mengamini ucapan Ify barusan

'Ify bener. Kalau emang Alvin jodoh gue, meskipun sekarang dia jadi pacarnya Ify...pasti nanti dia bakalan jadi milik gue, kalau kita emang jodoh..hihii'Zevana tertawa kecil, tanpa sadar 4 orang disekitarnya menatap heran ke arahnya. Kemudian ke 4 nya saling melempar pandang dan kompak menggeleng tidak mengerti

"Baek-baek lo Zev"ucap Sivia sambil menepuk halus pundak Zevana. Kemudian ia masuk ke dalam rumah Ify, diikuti Gabriel disampingnya

"Ckckckk...semoga setannya cepat keluar"sambung Ify dengan tampang seolah-olah prihatin. Rio terkikik mendengarnya, keduanya menyusul Sivia dan Gabriel masuk kedalam rumah

'Huaaaaaa...Alvin...i heart you...gak tau kenapa tiba-tiba gue yakin gue masih ada kemungkinan jadi jodoh lo, i hope so'batin Zevana penuh harap


END

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa mampir coment ! :)

Mantan Kekasih

| |


Mantan Kekasih




Aku terpaksa menangis
 
Aku terpaksa merintih
Cahayaku semakin redup
Memilukan
_____

Pria itu menatap sendu ke arah sebuah jam pasir ‎yang tersimpan rapi dimeja belajarnya. Membuat rasa rindu ‎itu semakin menguat. Pelangi hatinya sudah pergi, jauh meninggalkannya. Salahnya memang, memutuskan hubungan itu hanya karna rasa kekaguman ‎yang muncul dihatinya untuk gadis lain selain gadis manis ‎yang saat itu sudah resmi menjadi pemilik hatinya.
Hufttt..dia sadar, dia adalah lelaki. Meskipun menangis adalah hal ‎yang wajar -sekali pun untuk lelaki- namun ia tetap tak ingin membiarkan bulir-bulir airmata itu menyeruak dari kelopak matanya.
Ia meraih jam pasir itu dan mulai membolak balik nya secara perlahan. Satu percakapan kecil ‎dengan gadis manis dimasa lampau itu terngiang kembali

»»

Rio, pria hitam manis dan bertubuh jangkung itu melangkahkan kakinya menghampiri sesosok gadis yang sudah 2 bulan ini mengisi hari-harinya. Ia tertawa kecil melihat tingkah polos sang gadis ‎yang nampak serius memperhatikan jam pasir ‎yang tersimpan rapi dimeja belajarnya

"Kenapa Fy..??"tanya nya, gadis ‎yang dipanggil 'Fy' itu menoleh dan tersenyum kecil

"Jam pasirnya bagus"jawabnya singkat

"Kamu suka..??"tanya Rio -lagi-, Ify mengangguk polos "ya udah buat kamu aja"

Ify menggeleng "ngga, aku suka bukan karna aku pengen punya tapi aku suka karna eummm aku jadi punya satu perumpamaan tentang jam pasir ini"Ify tersenyum, tangannya menyisir halus permukaan kaca ‎yang menyimpan butir-butir kecil pasir tersebut

Alis Rio bertaut, ia mengambil tempat ditepi tempat tidurnya, tepat menghadap Ify "maksudnya..??"

"Eumm gini lho, jam pasir ini kan isinya banyak. Terus dia turunnya secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit sampai akhirnya dia ngumpul jadi satu dibawah gini"jelas Ify sambil menunjuk-nunjuk kumpulan pasir ‎yang menggunung dibagian bawah "banyakkan..??"ujarnya lagi, Rio mengangguk pelan. Ia masih belum menangkap akan maksud Ify

"Nah, gitu juga rasa cinta dan sayang aku buat kamu, yang aku titipin secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit sampai akhirnya ngumpul banyak...banyakkkkk banget"Ify membentangkan kedua tangannya dengan luas, Rio terkekeh. Meskipun penjelasan Ify terlalu ribet, namun ia sudah mengerti akan maksud Ify

"Iyaaa..aku tau kok"

"Kamu tau gak Yo, sekarang kan rasa sayang aku buat kamu udah banyak"ujar Ify sambil menatap Rio "dan aku takut kalau nanti kamu ninggalin aku. Aku takut kamu bakalan jatuh cinta sama cewe lain disaat rasa sayang aku udah banyak kaya sekarang"sambungnya lirih. Ify berbicara seperti ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, ia mulai mendengar berita ‎yang tidak menyenangkan tentang Rio belakangan ini. Lebih tepatnya sejak kedatangan seorang siswi baru dikelas Rio, dan Rio ‎yang memang terkenal berotak encer diminta untuk mengajarkan beberapa mata pelajaran ‎karna gadis itu sudah ketinggalan beberapa bab dari mata pelajaran ‎yang akan diajarkan Rio tersebut.

Rio bangkit dari tepian tempat tidurnya dan berlutut didepan Ify. Kesepuluh jarinya menggenggam lembut tangan Ify

"Aku sayang kamu dan aku gak akan pernah ninggalin kamu untuk cewe lain"

««

Rio merasa tertohok seketika setelah teringatkan sebagian kecil masa lalunya itu. Ucapan ‎yang -mungkin- bisa dibilang sebuah janji itu, dilanggar olehnya. Meninggalkan Ify karna dirinya yang entah sejak kapan telah jatuh hati pada siswi baru ‎yang menjadi 'murid' nya untuk beberapa waktu saat itu.
Hatinya sakit mengingat betapa bodohnya ia saat itu, meninggalkan cinta lama nya demi cinta baru ‎yang nyatanya tak se-setia cinta lamanya

.....

Kau masih bisa ku lihat
Suaramu masih ku dengar
Namun kenyataan ini mengharukan
_____

Langkahnya tertahan. Matanya terpaku. Tubuhnya tetap berdiri tegak didepan pintu kelasnya. Niat awal ‎yang tadinya hendak ke kantin pun urung dilakukakan saat ia menangkap sileut 'sang mantan'.
Masih sama. Wajah cantiknya, suara lembutnya. Bedanya hanya gadis itu bukan miliknya lagi. Dan mungkin ia tidak memiliki kesempatan untuk memlikinya lagi

"Iya deh ‎yang bisa"samar-samar suara Sivia -salah satu teman Ify- terdengar ditelinga Rio

"Woyadong bisa, nih yah kalau cuman basket doang mah kecil"sahut Ify sambil menjentikkan jarinya

Rio tersenyum tipis, gadis itu masih saja narsis, pikirnya.

"Tau deh ‎yang mantannya kapten basket"sambung Sivia, Ify tersenyum. Berbeda dengan Rio, mendengar kata 'mantan' hatinya kembali mencelos

"Ehehee..iya, dia satu-satunya mantan gue ‎yang paling hebat. Ganteng, keren, ramah, baik, pinter, jago basket lagi"puji Ify tulus. Kata-kata ‎yang terdengar dari mulutnya tidak terdengar kaku ataupun canggung. Seolah ‎apa ‎yang baru saja diungkapkannya adalah hal biasa dan untuk orang biasa. Berbeda dengan Rio ‎yang masih berdiri ditempatnya, ia merasa tersanjung. Pujian itu mungkin memang sudah biasa ia dengar dari kebanyakan orang tapi dari Ify..?? Sudah lama ia tak mendengar gadis itu menyanjung nya dengan pujian-pujian kecil namun sanggup membuatnya tersenyum malu

"Ya ialah, mantan lo kan cuman dia"kali ini Zevana ‎yang menimpali ucapan Ify

"Yah..yah..dia emang paling hebat, saking hebatnya dia udah bikin lo sakit hati dan nangis 7 hari 7 malem gara-gara diputusin ama dia"sambung Sivia meledek. Sungguh, niatnya hanya bercanda. Namun siapa sangka, candaan ‎yang disambut cibiran oleh Ify itu mampu membuat seseorang ‎-yang masih setia ditempatnya- kembali merasa bersalah..??

"Apabanget deh lo Siv"

"Udah ah, ke kantin yuk, entar keburu bel"ajakan Zevana tersebut mengantarkan kepergian Ify pandangan Rio. Rio mendesah pelan, tak pernah terpikirkan olehnya kalau ternyata hatinya masih milik Ify dan mungkin selamanya milik Ify

"Eh bro, jangan ngelamun deh. Ntar kesambet"suara Gabriel -teman sebangku Rio- ‎yang tiba-tiba menyapanya membuat Rio mengelus dada

"Ngagetin aja lo Yel"

"Habis, pagi-pagi udah ngelamun. Ke kantin aja yuk"ajak Gabriel, Rio mengangguk setuju. Keduanya pun melenggang meninggalkan kelas menuju kantin

.....

Seseorang disana telah memilikimu
Aku kan berdosa bila merindukanmu
_____

Sesak itu kembali melanda. Tiba-tiba ia merasa susah untuk bernafas. Entah hanya perasaannya saja, ia merasa udara sejuk disekitarnya berubah menjadi polusi. Sangat tidak enak untuk dihirup.
Seiring dengan pandangan lurus bola matanya ‎yang menhadap ke pinggir lapangan basket. Gadis manis ‎yang sudah menjadi mantannya lebih dari 6 bulan ‎yang lalu terlihat akrab dengan seorang pria putih berwajah oriental. Seingat Rio namanya Alvin, lengkapnya Alvin Jonathan Sindunata

"Cape yah Vin..??"tanya Ify saat Alvin baru saja menghempaskan tubuhnya disisi Ify. Alvin tersenyum dan mengangguk kecil

"Nih.."Ify menyodorkan sebotol minuman isotonik rasa jeruk kesukaan Alvin

"Makasih cantik"ucap Alvin manis, Ify tersipu mendengarnya

Glekk..glekk..glekkk...Alvin meneguk minuman itu dengan cepat. Ify tertawa kecil melihat wajah Alvin saat itu. Kulitnya putih, matanya sipit, dahinya berkeringat tapi tetap ganteng dimata Ify. Puas memandangi wajah Alvin, Ify mengambil handuk kecil ‎yang tergeletak diatas ransel Alvin. Dan dengan pelan ia menyeka lelehan keringat Alvin saat itu.
Alvin terkesiap. Ia mengalihkan pandangannya dan menatap tepat dikedua manik mata Ify. Ify ‎yang ditatap seperti itu mendadak salting

"Jangan liatin aku kaya gitu dong Vin"pinta Ify, wajahnya menunduk. Alvin tersenyum, ia ikut menunduk dan kembali menatap mata Ify dengan posisi setengah menunduk tentunya

"Kamu malu..??"tanya Alvin pelan, Ify mengangguk "aku kan pacar kamu sayang"sambungnya manja. Ify jadi geli sendiri mendengarnya

"Apaan sih Alvin"Ify mendorong pelan bahu Alvin dengan cepat Alvin menarik tangan ‎‎yang mendorong bahunya itu. Membuat tubuh Ify tertarik masuk dalam pelukannya. Keduanya tertawa bersama.

Disisi lain, Rio menatap marah kearah kedunya. Ujung tali ranselnya dicengkram kuat. Lagi-lagi ia mendesah, dulu dia lah ‎yang akan disuguhi minuman sehabis berlatih basket oleh Ify. Dulu, dialah ‎yang diseka-kan keringatnya oleh Ify. Tapi sekarang...tidak, Rio harus sadar. Ify bukan lagi miliknya. Ify kini milik Alvin, pria ‎yang ia harapkan lebih bisa menjaga Ify daripada dirinya. Dengan sekali hentakan keras, ia berbalik dan melanjutkan perjalanannya menuju parkiran sekolah

.....

Mantan kekasihku..jangan kau lupakan aku
_____

Jrenggg....Rio menggenjreng asal gitarnya. Pikirannya berkecamuk, rindu ‎dihatinya semakin menggebu. Ia rindu senyum manis Ify, ia rindu tingkah manja Ify, ia rindu ucapan polos Ify. Ia rindu Ify.
Merasa bermain gitar tak membantu mengurangi rasa rindunya, Rio beranjak dari balkon kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Dipandangi nya langit-langit kamar berwarna biru malam itu. Senyum Ify tiba-tiba terukir disana, membuat Rio ikut menarik sudut-sudut bibirnya hingga membentuk senyuman

"Gue kangen sama lo Fy"ucapnya lirih. Ia memejamkan kedua matanya, membayangkan Ify dan semua masa-masa indahnya bersama Ify. Seketika matanya terbuka, ia bangkit dari tempat tidurnya dan beralih ke laci kecil disamping tempat tidurnya. Tangannya mengacak-acak laci tersebut guna mencari sebuah mini box berbentuk persegi, berwarna gold ‎yang memang ia simpan didalam laci tersebut

"Ini dia"gumamnya senang. Dengan perlahan dibukanya kotak kecil tersebut, matanya kini menangkap sebuah benda kecil. Sederhana memang bagi ‎yang melihatnya, tapi bagi Rio ‎yang tak hanya sekedar melihat namun juga mengerti akan arti dari benda tersebut tentu itu bukan lah hal ‎yang biasa.
Lagi-lagi pikirannya melayang, ke satu tahun ‎yang lalu. Saat Ify menghadiahinya benda kecil itu tepat dihari ulang tahun dan anniversary hubungan mereka ‎yang pertama

»»

"Happy birthday Rio ku, selamat hari jadi, longlast yah"ucap Ify sumringah. Rio ‎yang sudah terlelap dari beberapa jam ‎yang lalu, mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Ia terkejut dengan kehadiran Ify ‎yang secara tiba-tiba, tengah malam pula. Ditangannya Ify membawa sebuah kue tart kecil dengan lilin angka 15 menghiasi sekelilingnya

"Ify.."ucapnya lirih, masih terkejut dengan suprise pemberian Ify

"Ngomongnya ntar aja, sekarang tiup lilinnya dong"suruh Ify. Ia menyodorkan kue tart tersebut kehadapan Rio "make a wish dulu Yo"sambung Ify mengingatkan. Rio mengangguk, kemudian mulai memejamkan matanya. Hening sejenak dan fiuhhhhh...lilin tersebut ditiup cepat oleh Rio

"Kamu gak ngasih aku kado nih..??"tanya Rio iseng. Ify langsung meletakkan kue tart tersebut ke atas meja belajar Rio

"Ada dong"Ify tersenyum misterius. Kemudian tangan kanannya merogoh saku jins ‎yang dikenakannya "tarrrammmm"sebuah mini box berwarna gold berada ditelapak tangan Ify. Dengan kening berkerut Rio menerima kotak mungil tersebut

"Apaan nih"Rio mengguncang pelan mini box tersebut

"Buka dong kalau mau tau"Rio menurut, pelan-pelan ditariknya pita kecil penghias mini box tersebut dan...

"Kunci..??"alis Rio bertaut, wajahnya menunjukkan ekpresi heran dengan sebuah kalung berbandul kunci ditangannya

"Iiihhh..itu kalung Mario"ralat Ify

"Iya maksud aku kalung berbandul kunci. Buat ‎apa...??"

"Aku juga pake tapi bandulnya gembok"Ify memperlihatkan kalung ‎‎yang sama persis dengan milik Rio "itu ada maknanya"lanjut Ify

"Apaa..??"

"Eumm..hati aku yang dulu kegembok cuman punya satu kunci. Dan kunci itu aku titipin ke kamu, karna aku sudah mempercayakan hati aku ke kamu. Jadi kamu harus bisa menjaga hati aku dengan baik yah"pesan Ify disertai cengiran kecil

"Oh gitu, oke tapi kenapa harus aku ‎yang ngejaga hati kamu..?? Mestinya kan kamu sendiri Fy"

"Iihh...Rio gimana sih, kan kunci hati aku sama kamu jadi kamu lah ‎yang harus jaga"Ify manyun, dilihatnya tampang Rio ‎yang sangat konyol. Pasti masih belum ngerti, pikir Ify

Ify menghela nafas sebentar "gini loh Rio, ibarat kata aku ini rumah dan kamu adalah pemilik rumah artinya ‎yang pegang kuncinya kamu kamu kan..??"Rio mengangguk-angguk "nah sebagai pemilik rumah kamu harus menjaga rumah kamu dengan baik, jangan sampai rumah kamu kemalingan karna sebagai pemilik rumah kamu bertanggung jawab atas rumah kamu sendiri"jelas Ify, Rio tertawa

"Ahahaa..Ify..Ify..perumpamaannya jelek banget, masa' rumah sih..ahahaa"Rio tertawa sambil memegangi perutnya membuat bibir Ify semakin maju

"Ketawa aja terus, ntar kalau aku digaet sama cowo lain baru deh nyesel"

««

Yahh...dan kini Rio sangat menyesal, karna sekarang Ify telah menjadi milik orang lain. Dan semua adalah salahnya, salahnya ‎yang tidak bisa menjaga dengan baik ‎apa ‎yang telah menjadi miliknya

.....

Bila suatu saat nanti
Kau merindukanku
Datang-datang padaku
_____

Rio menghentikan senandungnya ‎yang diiringi petikan gitar Gabriel. Keduanya sedang menghabiskan jam kosong dengan bernyanyi didepan kelas. Hal ‎yang memang sudah menjadi kebiasaan mereka berdua saat sedang suntuk, atau tidak ada kerjaan seperti sekarang ini

"Eh Yo, gue mau nanya nih sama lo"ujar Gabriel serius, ia memindahkan gitar dipangkuannya ke pangkuan Rio

"Serius amat tu muka. Emang lo mau nanya apaan..??"tanya Rio, tangannya memetik pelan senar-senar gitar dipangkuannya

"Elo masih ada rasa yah sama Ify..??"jari Rio berhenti memetik senar-senar gitar tersebut, ia memandang Gabriel dengan tatapan ‎yang sulit diartikan

"Kok tiba-tiba elo nanya gitu..??"

Gabriel mengangkat bahu "ya gue juga gak tau sih, tapi feeling gue bilang begitu"

Rio mendesah "hhhh..gak tau deh Yel, ‎yang jelas gue nyesel banget udah mutusin Ify"Rio menunduk, menumpukan kepalanya pada gitar akustik ‎yang berada dipangkuannya "dan semenjak putus sama dia trus dia jadian sama Alvin...gak tau kenapa gue kok gak terima yah. Gue juga ngerasa kehilangan banget"lanjutnya

Gabriel meluruskan kedua kakinya ke depan. Kedua tangannya bertumpu dilantai, sedikit lebih belakang dari posisi duduknya "benerkan..?? Gue liat akhir-akhir ini lo sendu banget tau gak. Kalau anak gaul bilang, galau galau mellow. Tampang kucel, penampilan lecek, gak semangat pula. Aura lo lenyap seketika"Gabriel berceloteh ria, menjabarkan semua perubahan ‎yang terjadi pada Rio akhir-akhir ini

"Emang sampe segitunya yah Yel..??"tanya Rio polos, Gabriel mengangguk "kok gue gak nyadar yah..?? Tapi masih tetep gantengkan Yel..??"

Gabriel mendengus, orang lagi serius juga pake narsis segala

"Gue juga bingung sih Yel, kenapa gue bisa kaya gini"

"Itu karna lo baru nyadar kalau lo kehilangan Ify banget semenjak kalian putus"

"Iya, maksud gue ya gue gak nyangka aja gitu kalau gue bisa sampe sebegininya nih, kaya sekarang ini"

"Makanya bro, jangan terlalu cepat mengambil keputusan. Mestinya, sebelum lo mutusin buat putus sama Ify karna lo suka ama Shilla, ya elo selidikin dulu, perasaan lo buat Shilla beneran cinta atau cuman sekedar suka sesaat doang. Sekarang kaya gini kan jadinya"

"Huhhhh...udah deh, ‎yang lewat gak usah diungkit-ungkit lagi"protes Rio kesal, Gabriel terkekeh "lagian waktu itu kan niat gue baik, gue gak mau ntar jadinya malah ngebohongin Ify karna gue suka ama Shilla trus ujung-ujungnya gue malah selingkuh dibelakang Ify"ujar Rio membela diri

"Udah deh, ‎yang lewat gak usah diungkit-ungkit lagi"sahut Gabriel mengulang kata-kata Rio

"Eh tapi gue makasih banget deh ama lo Yel, karna lo gak ngejauhin gue atau malah sampe nonjok gue gara-gara gue mutusin Ify. Ya secara, Ify kan adek lo"

"Yee..GR lo, kalau bukan karna dilarang Ify elo sih udah abis sama gue"Gabriel melayangkan toyoran kecil ke kepala Rio "lagian kakak mana sih ‎yang rela plus tega adeknya diputusin cuman karna cowonya suka sama cewe lain"sambung Gabriel menyindir

"Iya deh iya, gue salah. Baru gue sadar, ternyata Ify emang ‎yang terbaik dan selamanya akan selalu jadi ‎yang terbaik"ucap Rio sungguh-sungguh. Gabriel tersenyum, kemudian tangan kanannya merangkul Rio

"Gue seneng lo udah sadar. Eh by the way gimana kalau ntar malem lo main kerumah gue"ajak Gabriel, Rio menatap heran ke arah Gabriel

"Tumben..?? Gue gak enak ah sama Ify, apalagi kalau ntar disana ada Alvin, bisa panas gue"tolak Rio, meskipun dalam hati ia sangat ingin bertandang ke rumah Gabriel

"Alahhh....Alvin lagi ke Malang, Oma nya sakit. Lagian emang lo gak mau ngobrol gitu sama Ify..?? Face to face..mumpung lagi gak ada Alvin"bujuk Gabriel, ia sangat berharap Rio menerima ajakan nya kali ini. Bukan hanya Gabriel malah, Ify juga. Beberapa hari ‎yang lalu Ify sempat mengutarakan isi hatinya kepada Gabriel. Tentang kerinduannya kepada Rio dan hal itu membuat Gabriel merasa kasihan pada adiknya itu

"Eumhh..ya udah deh"ujar Rio akhirnya "eh tapi..ntar kalau gue canggung gimana..?? Lo kan tau Yel, gue udah lama gak ngobrol ama Ify..??"

Gabriel mendengus sebal "itu aja dipikirin. Biasa aja udah"

Rio nyengir "Ehehee..maklum grogi gue"

"Iya deh ‎yang masih berharap"ejek Gabriel sambil bersiap-siap lari dari hadapan Rio

"Sialan lo Yel"Rio ikut berdiri dan mulai berlari mengejar Gabriel

.....

Matahari telah beranjak pergi dari 2 jam lalu. Kini bintang-bintang mulai bermunculan menghiasi langit biru malam ini. Ify menikmati pemandangan itu dengan sesekali menghembuskan nafas beratnya. Berharap ia bisa melepas sedikit demi sedikit rasa rindunya seperti ia melepaskan desah nafasnya. Ia menatap bulan separuh malam itu, indah...itulah ungkapan Ify. Seindah wajah seseorang ‎yang diam-diam selalu ia rindukan beberapa waktu terakhir ini. Hanya Tuhan, dirinya dan Gabriel -kakaknya- ‎yang tahu betapa ia sangat ingin menghabiskan waktu walau sejam saja bersama mantan kekasihnya. Ify tak bisa menampik kalau ternyata rasa cinta dan sayang itu masih ada untuk 'dia' meskipun saat ini telah ada seseorang ‎yang lain, yang telah ia pilih untuk mengisi hari-harinya, menggantikan 'dia' ‎yang dulunya selalu mewarnai hari-harinya.

Sebuah sentuhan halus mendarat di pundak Ify. Ify mendongak dan mendapati wajah kedua sahabatnya tengah tersenyum manis dengan lesung pipi ‎yang semakin mempermanis wajah mereka

"Ngagetin aja"Ify mendengus, kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya menatap ribuan bintang ‎yang terhampar di langit luas malam itu

"Elo ngelamun sih"

"Tau, kita tuh daritadi sibuk nyariin lo, untung ada kak Gabriel ‎yang baik hati, murah senyum dan suka menolong. Ya kan Zev"cerocos Sivia, Zevana mencibir pelan sedangkan Ify melayangkan sebuah toyoran kecil ke kepala Sivia

"Huuu...gue tau lo naksir ama kakak gue, tapi gak usah sampe segitunya juga kali kalau muji dia"

Sivia nyengir sambil menggaruk-garuk kecil kepalanya "tau aja lo Fy"ujarnya polos, Ify dan Zevana kompak melengos

"Hai adik-adik ku semuanya...‎apa kabar..??"sapa Gabriel dengan gaya lebaynya, seperti biasa..ia selalu menyertai sapaannya dengan senyum manis ‎yang selalu sukses membuat Sivia terdiam sejenak menikmati pemandangan indah -menurut Sivia- itu

"Hai kak Gab"balas Zevana dan Sivia kompak. Dan seperti biasa juga, Sivia selalu membuat senyumannya menjadi dua kali lebih manis dari biasanya untuk Gabriel

"Lo gak bales nyapa gue Fy..??"

"Males, kan udah dibales tadi sama dua anak disamping gue"jawab Ify malas. Dalam hati Ify mengumpat kesal, mana janji Gabriel ‎yang katanya akan mengajak Rio ke rumah hari ini..?? Dari siang ditungguin gak dateng-dateng tuh ‎yang diharepin Ify. Bagi Ify, bisa melihat Rio dengan leluasa -tanpa kehadiran Alvin seperti biasanya- walau hanya sebentar, itu sudah mampu mengobati sedikit rasa rindunya. Ya meskipun kalau seandainya Ify bisa bercengkrama seperti dulu jauh lebih menyenangkan

"Kalau gue ‎yang nyapa..??"

Ify tersentak, suara itu....suara ‎yang teramat sangat dikenal dan sampai detik ini masih diingatnya. Masih dalam keadaan ragu, Ify menghela nafas sebentar dan menunggu apakah akan ada ucapan selanjutnya..?? Sekedar memastikan bahwa ia sedang tidak berhalusinasi

"Beneran gak mau nyapa gue nih kayanya.."kalimat ‎yang terlontar kali ini terdengar kecewa

Nafas Ify memburu, jantungnya berdegup kencang, darahnya mengalir cepat. Dengan perlahan Ify memutar kepalanya ke belakang dan mendapati wajah tertunduk ‎yang Ify yakini milik Rio. Senyum Ify tercipta seketika, namun ada ‎yang mengganjal dalam hatinya. Kemana Gabriel..?? Kemana Sivia..?? Kemana Zevana..?? Kemana mereka semua..??

"Gue pikir lo bakalan seneng kalau gue ke sini"sambung Rio, kepalanya masih tertunduk. Ify menggelengkan kepalanya dan dengan cepat ia bangkit dari duduknya, berlari kecil dan brukkk...tubuhnya menubruk Rio, memeluk dengan erat. Mengungkapkan betapa ia sangat merindukan Rio, Rio tersenyum dan balas memeluk Ify. Tangan kanannya merangkak naik, membelai lembut rambut panjang Ify

"Aku kangen sama kamu"ucap Ify lirih

Bahkan sampai detik ini ia masih saja menggunakan 'aku..kamu' saat berbicara dengan Rio

"Aku juga"sahut Rio ‎yang sudah merubah kata-katanya menjadi aku..kamu "kita duduk disana yuk"ajak Rio, Ify melepaskan pelukannya dan mengangguk kecil.
Tanpa persetujuan Ify, kelima jemari Rio menggenggam lembut jemarinya, menuntunnya menuju sebuah bangku panjang ‎yang terletak didepan kolam ikan.

"Kak Iyel sama ‎yang lainnya kemana..??"

"Ngga tau. Emang kenapa..?? Kamu gak suka yah ditinggal berdua sama aku..??"tanya Rio menggoda matanya menatap Ify tajam, Ify tertunduk malu

"Jangan ngeliatin aku begitu"ucap Ify pelan

"Kenapa..??"

"Aku malu"ucap Ify polos

"Ehehee..kamu gak berubah yah"

"Apanya..??"

"Terlalu polos"

Rio mengacak-acak poni Ify gemas. Rasanya geregetan sendiri ngeliat tingkah polos Ify

"Kamu ‎apa kabar..??"tanya Ify ‎yang mulai mau menatap Rio "aku denger kamu habis kecelakaan..??"sambung Ify, dari nada bicaranya terdengar khawatir

"Kok tau..??"Rio heran juga, kok Ify bisa tau..?? Yah..seandainya kecelakaan itu terjadi didepan sekolah atau disekitar kompleks perumahan mereka sih wajar. Tapi seingatnya kecelakaan itu terjadi didaerah lain. Selain itu, Rio juga gak pernah memberitahukan Gabriel. Jadi, Ify tau darimana..??

'Apasih ‎yang ngga aku tau tentang kamu Yo. Kecuali isi hati kamu mungkin'batin Ify

"Gak penting aku tau darimana. Jadi, gimana kondisi kamu sekarang..??"Ify berusaha mengalihkan pembicaraan

"Ya seperti ‎yang kamu liat, aku masih bisa nyamperin orang ‎yang katanya lagi kangen sama aku malem ini"

"Siapa..??"tanya Ify polos

Rio mencubit kecil kedua pipi Ify "ya kamu lah cantik"

"Iihhh...Rio mah"Ify memukul manja pundak Rio. Selalu saja, ia selalu tersipu setiap Rio menggodanya. Bahkan disaat statusnya sudah menjadi milik Alvin sekalipun.
Alvin....tiba-tiba nama itu terlintas dibenak Ify. Membuatnya berhenti memukul kecil pundak Rio. Rasa bersalah melintas dibenaknya. Ia merasa menjadi seorang ‎yang munafik saat ini. Alvin ‎yang dengan tulus mencintainya, menyayangi dan mengasihinya. Sementara Ify..?? Disini ia malah asik bersenda gurau dengan 'sang mantan' hingga hampir melupakan Alvin.
Tawa Ify lenyap, berganti dengan desahan penuh penyesalan. Bersalah..?? Pastinya...

Rio ‎yang membaca perubahan raut wajah Ify mencoba mencairkan suasana ‎yang mendadak kaku diselimuti keheningan ini

"Oh iya, Alvin...eum dia ‎apa kabar..??"Rio agak sedikit kikuk saat menyebutkan nama Alvin, entahlah...mungkin ia masih menganggap Alvin merebut pelangi hatinya, meskipun pada kenyataannya dia lah ‎yang melepaskan pelangi hatinya saat itu

"Dia sehat kok. Sekarang..dia lagi ke Malang, omanya sakit"

"Kok kamu gak ikut ngejenguk..??"

"Alvin gak mau aku repot, dia bilang biar nanti dia aja ‎yang ngebawa oma ke sini"

Rio tersenyum miris, hatinya sakit mendengar penuturan Ify. Penuturan ‎yang secara tidak langsung menjelaskan betapa baiknya Alvin, bahkan ia tak ingin membuat Ify repot meskipun Ify tak pernah merasa direpotkan sama sekali

"Alvin cowo ‎yang baik kan Fy..??"tanya Rio, sebenarnya ia tahu ‎apa jawabannya. Hanya saja, ia ingin memastikan bahwa penilaian nya selama ini benar

Ify tersenyum "iya, dia baik. Baikkkkkk...banget"

"Lebih baik daripada aku..??"

Ify menggeleng, jari jemarinya meraih lembut telapak tangan Rio. Digenggamnya kelima jari kokoh Rio dengan erat. Rio mendongak, ditatapnya Ify penuh tanya

"Alvin sama kamu memang dua orang ‎yang berbeda tapi menurut aku berhati sama. Alvin baik, kamu juga baik. Dan buat aku gak ada satu pun diantara kalian ‎yang gak baik"ucap Ify jujur

"Kamu berhak menilai Alvin lebih baik daripada aku Fy, karna pada kenyataannya...Alvin gak pernah nyakitin kamu, kamu selalu senang kalau lagi sama dia"

"Rio...kamu sama Alvin sama-sama baik. Tapi mungkin...ya emang Alvin bisa aku bilang lebih baik karna sampe detik ini dia gak pernah nyakitin aku. Eummm tapi bukan berarti kamu gak baik"

"Aku masih sayang sama kamu Fy"ucap Rio lirih "aku nyesel udah ngelepas kamu begitu aja"sambungnya, Ify sudah tak mampu menahan laju air mata ‎yang mulai mengalir dari kelopak matanya. Ia memang senang mendengar pengakuan Rio, karna itu artinya mereka masih memiliki rasa ‎yang sama. Tapi disisi lain hatinya kembali miris, mengingat ia sudah menjadi milik Alvin. Seseorang ‎yang tak pernah sekalipun membuatnya bersedih justru sebaliknya, Alvin adalah orang pertama ‎yang menghiburnya ketika hubungannya dan Rio berakhir. Bukan Sivia atau Zevana...

"Aku..ak..akuu"Ify bingung harus berkata ‎‎apa. Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Rio sudah lebih dulu memeluknya. Ify diam, tidak berontak tapi juga tidak membalas

Hening. Hanya semilir angin ‎yang berhembus disekitar mereka. Masih dalam posisi memeluk Ify, Rio menumpahkan isi hatinya dalam diam. Ify sendiri mencoba tenang, ikut menumpahkan sisa-sisa rindu ‎yang belum sepenuhnya tersampaikan

"Aku juga sayang kamu Yo"kalimat lirih itu tiba-tiba saja terlontar dari mulut Ify. Rio melepas pelukannya dan menatap Ify tidak percaya

"Serius Fy..??"tanya nya sumringah. Ify memejamkan matanya sekejap, kemudian menganggukkan kepalanya

"Aku..gak tau kenapa, aku masih punya rasa itu buat kamu Yo, meskipun disatu sisi aku sudah punya Alvin"

Rio tersenyum. Rasanya untuk memiliki Ify kembali bukanlah suatu hal ‎yang mustahil. Toh, sudah jelas Ify masih memiliki rasa itu untuknya, sama dengan dirinya.
Rio memejamkan matanya dan menggeleng lemah. Ngga, dia ngga mau menjadi orang ‎yang egois. Mungkin dia bisa kembali memiliki Ify, tapi Alvin..?? Bagaimana dengan Alvin ‎yang jelas-jelas sudah menjadi kekasih Ify saat ini..?? Dia tidak mungkin tega merebut Ify dari pria sebaik Alvin. Alvin lelaki, dia pun lelaki. Pasti dia bisa merasakan kemungkinan ‎apa ‎yang dirasakan Alvin nantinya. Lagi pula Alvin lelaki ‎yang baik, tidak ada salahnya ia mencoba mengikhlaskan Ify bersama Alvin

"Makasih Fy"

"Tapi kita..."

"Aku ngerti, kamu masih punya Alvin dan aku gak akan setega itu sama cowo sebaik Alvin. Dia berhak bahagia karna cintamu"ucap Rio, ia mencoba mengucapkan semua kalimat itu dengan tegas. Meyakinkan Ify bahwa ia akan baik-baik saja

"Aku seneng kamu bisa ngertiin aku Yo"

Rio tersenyum, perlahan ia mendekat ke arah Ify dan mencium lembut puncak kepala Ify "mulai sekarang kita sahabat yah"ucap Rio, ia menyodorkan kelingking kanannya kepada Ify

"Sahabat selamanya"ucapa keduanya bersamaan

Dari tempat ‎yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini, 3 anak manusia menatapo keduanya bahagia. Gabriel, Sivia dan Zevana. Kakak dan kedua sahabat Ify itu merasa puas dengan keputusan Rio dan Ify

'Gue tau lo pasti gak bakalan salah bertindak Yo'batin Gabriel senang

'Semoga elo sama Rio bisa sama-sama bahagia yah Fy'harap Sivia dalam hati

'Aku..gak tau kenapa aku lebih rela kalau kamu balikan sama Rio, Fy'batin Zevana miris. Zevana tersadar dengan ucapan batinnya tadi, ia mendesah 'ngga, lo gak boleh egois Zevana. Ify sahabat lo, mestinya elo seneng karna Ify gak berniat nyakitin hatinya Alvin. Karna kalau Ify nyakitin hatinya Alvin, sama aja dia, nyakitin elo. Iya kan Zev..??'batin Zevana berkecamuk. Ia memang memiliki rasa ‎yang lebih untuk Alvin, namun saat ia tahu Alvin telah menentukan pilihan Zevana mencoba menerima semua itu. Toh Ify sahabatnya, jadi ‎apa salahnya membiarkan Alvin bahagia dengan wanita ‎‎yang sudah pasti baik

"Zev..Zev...Zevaaaa"seru Sivia agak keras, tangannya melambai-lambai didepan wajah Zevana

"Apaan sih Siv..??"

"Lo budek yah, dipanggil gak nyaut-nyaut"sungut Sivia kesal, Sivia melirik tangan kanan Gabriel ‎yang melingkar dibahunya, sedangkan tangan kiri Gabriel melingkar dibahu Zevana "ini ‎juga, iseng banget sih tangan lo, kak"sambung Sivia sambil memukul tangan Gabriel

"Iya nih, kalau ‎yang lo rangkul Sivia gak papa, dia malah seneng tapi kalau lo ngerangkul gue juga ‎yang ada Sivia ngamuk, kaya gini nih"ceplos Zevana asal tapi tepat sasaran

"Apaan sih lo Zev"

"Ohhh...gitu, jadi Sivia maunya gue ngerangkul dia aja nih Zev..??"tanya Gabriel pada Zevana sambil menaik turunkan alisnya menggoda Sivia

"Nah yah, ketauan kan ngintipin kita"ucap Ify ‎yang tiba-tiba membatalkan niat Sivia menjawab godaan Gabriel tadi. Gabriel, Sivia dan Zevana saling melempar pandang, keduanya kompak tersenyum

"Balikan yah..??"tanya Sivia pura-pura gak tau

"Ya ngga dong"jawab Ify cepat

"Kenapa gak balikan..?? Kan masih saling sayang..??"sambung Gabriel iseng

"Kalau kita balikan, Alvin gimana..??"tanya Rio menanggapi candaan Gabriel

"Kasih ke Zevana dong"celetuk Sivia asal, Zevana merasakan jantungnya berdetak cepat mendengar ucapan Sivia barusan

"Huhh..kalau gue sama Rio jodoh, pasti kita bakalan bersatu lagi kok. Ya walau pun sekarang gue sama Alvin tapi ya kalau namanya jodoh pasti nanti gue balik lagi sama Rio"ucap Ify sambil tersenyum. Zevana mengamini ucapan Ify barusan

'Ify bener. Kalau emang Alvin jodoh gue, meskipun sekarang dia jadi pacarnya Ify...pasti nanti dia bakalan jadi milik gue, kalau kita emang jodoh..hihii'Zevana tertawa kecil, tanpa sadar 4 orang disekitarnya menatap heran ke arahnya. Kemudian ke 4 nya saling melempar pandang dan kompak menggeleng tidak mengerti

"Baek-baek lo Zev"ucap Sivia sambil menepuk halus pundak Zevana. Kemudian ia masuk ke dalam rumah Ify, diikuti Gabriel disampingnya

"Ckckckk...semoga setannya cepat keluar"sambung Ify dengan tampang seolah-olah prihatin. Rio terkikik mendengarnya, keduanya menyusul Sivia dan Gabriel masuk kedalam rumah

'Huaaaaaa...Alvin...i heart you...gak tau kenapa tiba-tiba gue yakin gue masih ada kemungkinan jadi jodoh lo, i hope so'batin Zevana penuh harap


END

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa mampir coment ! :)

.

 

Fika Stefani Auliya. Design By: SkinCorner