CINTA SUCI ZAHRANA
HABIBURRAHMAN EL
SHIRAZY
SINOPSIS :
Dewi Zahrana atau yang lebih akrab
dipanggil Zahrana adalah seorang cewek yang berhasil mendapat penghargaan dan
diundang ke Beijing atas karya dan prestasi-prestasinya dibidang arsitektur.
Artikel yang dia tulis dijurnal ilmiah mendapat apresiasi dari para arsitektur
dunia. Di Asia Tenggara, dia orang pertama yang meraih penghargaan itu. Tapi
kenapa orangtuanya kurang bahagia atas prestasi yang diperoleh anaknya, padahal
dia telah bekerja keras dan berkerja tiada henti hanya demi mengangkat derajat
orangtuanya. Pernah suatu kali ayahnya meminta dia setelah lulus SMP
melanjutkan ke Pesantren untuk menghafal Al-Qur’an, tapi dia ingin melanjutkan
ke SMA terbaik di Semarang. Tamat SMA dia ingin melanjutkan ke Fakultas
Kedokteran UI, UGM atau UNS. Tapi sang ayah tidak setuju dengan alasan biaya
yang dikeluarkan sangat mahal. Tapi dia tetap maju dan memberikan seribu alasan
sehingga kemauannya diamini oleh sang ibu dan ayah. Dia berjanji akan
bertanggung jawab sepenuhnya pada pilihannya. Selama kuliah dia selalu mendapat
IP tertinggi dijurusan Fakultas Teknik UGM, dia juga kuliah lagi di Fakultas
Teknik Sipil. Prestasi demi prestasi diperoleh dan dia termasuk mahasiswi
teladan tingkat nasional sampai akhirnya dia diwisuda dengan prestasi sebagai
mahasiswi terbaik diangkatannya. Dua bulan setelah wisuda dia mendapat tawaran menjadi asisten dosen di
UGM, saat itu dia senang sekali karena dia akan jadi dosen di UGM tanpa harus
melamar. Dan dia akan disekolahkan ke Delft University of Technologi Belanda.
Dengan penuh rasa bahagia, dia menceritakan tawaran tersebut pada kedua
orangtuanya, tetapi tanggapan mereka berbeda jauh dari yang diduga, orangtuanya
kurang setuju. Dia pun mengerti dengan
kondisi orangtuanya, dengan berat hati dia menolak tawaran itu. Dia pun melamar
di Universtas Mangunkarsa, Semarang, dia pun diterima. Dia mengajar dikampus
sambil melajutkan S2 di ITB, ternyata di ITB dia lulus S2 arsitektur dengan
predikat terbaik. Dia bahkan sempat mendapatkan fasilitas mengadakan penelitian
di Hamburg University, Jerman. Selama rumus dan standar ilmiahnya sama dan
jelas, maka dia berani beradu kualitas. Dan itu sudah dibuktikan dengan menulis
artikel tentang arsitektur dalam bahasa inggris dan dia mencoba mengirim ke
jurnal internasional. Saat akan pergi ke Beijing dia menelfon sahabatnya yang
bernama Lina untuk menemui kedua orangtuanya supaya menjelaskan tentang tujuan
kepergiannya ke Beijing untuk mengharumkan nama bangsa, karena ketika dia
berpamitan, orangtuanya menaggapinya dengan dingin.
Beijing adalah Negara yang indah,
disana dia memperoleh penghargaan dan mendapat tawaran melanjutkan kuliah
dengan beasiswa doctor (S3) dari Fakultas Teknik University oleh Prof. Jiang
Daohan, tapi dia tidak langsung menerimanya. Sepulang dari Beijing, dia
mendapat sambutan yang luar biasa dari kampus tempatnya mengajar terutama dari
Dekan Fakultas Teknik, Bapak. H. Sukarman, Msc. Ternyata diam-diam Pak Karman
menyukai Zahrana, dan Pak Karman ingin melamar Zahrana. Akhirnya Pak Karman
meminta bantuan kepada B. Merlin untuk berbicara pada Zahrana, bahwa Pak Karman
ingin melamarnya, tetapi Zahrana tidak bisa langsung menjawab dan dia meminta
waktu beberapa hari untuk berfikir. Pak Karman yang tidak sabar menunggu jawab dari
Zahrana, P. Karman meminta tolong pada B. Merlin lagi, untuk melamar Zahrana
langsung kepada orangtuanya. Akhirnya B. Merlin pergi ke rumah Zahrana,
kebetulan Zahrana sedang mengisi acara di Surabaya. B. Merlin pun menyampaikan
lamaran P. Karman kepada orangtua Zahrana. Orangtuanya Zahrana mengizinkan P.
Karman suwon ke rumah Zahrana, dan mengatakan kalau semua keputusan ada
ditangan Zahrana.
Beberapa hari kemudian P. Karman
beserta rombongan sudah berada dirumah Zahrana untuk melamar secara resmi. Zahrana
yang kaget dengan lamaran itu, bingung harus menjawab apa. Akhirnya dia
memutuskan untuk tidak menerima lamaran P. Karman karena Zahrana tau bagaimana
moral P. Karman dikampus, yang suka mengoda para mahasiswi. P. Karman sangat
kecewa dengan jawaban Zahrana yang telah menolak lamarannya. P. Karman yang
sakit hati mempunyai niat jahat pada Zahrana. B. Merlin yang mengetahui sikap
P.Karman yang aneh langsung memberitahu Zahrana, supaya segera mengundurkan
diri dari kampus secara baik-baik, daripada dikeluarkan dengan nama yang tercemar.
Akhirnya Zahrana mengundurkan diri dari kampus. P. Karman yang mengetahui itu
sangat kesal dan semakin dendam dengan Zahrana.
Satu bulan lebih, Zahrana menggangur dirumah.
Suatu hari Zahrana diajak Lina mengunjungi seorang kyai tua di daerah
Temanggung yang masih kakeknya Lina. Apa yang didapat dari kunjungan tersebut
membekas dihati Zahrana dan menguatkannya dalam menghadapi kehidupannya. Dia
sudah sangat ikhlas meninggalkan kampusnya, dan dia siap mengabdi dimana saja,
yang penting itu mendatangkan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain, nusa,
bangsa, dan Negara. Tak perlu lama baginya untuk mendapatkan pekerjaan baru,
seorang teman mengatakan bahwa STM Al Fatah Mranggen, Demak sedang membutukan
seorang guru yang professional. Dia pun segera mengajukan dan hari itu juga ia
diterima. Meskipun Zahrana sudah mengajar di STM Al Fatah Mranggen, ada seorang
mahasiswa yang bernama Hasan sering datang kerumahnya untuk konsultasi tentang
skripsi yang sedang dikerjakannya.
Sejak mengajar di STM Al Fatah Mranggen, Zahrana
sering mendapat terror melalui sms dari
nomer yang tidak dikenal yang memaki-maki dengan kata-kata yang sangat kasar,
tapi Zahrana diam saja, dia tidak menanggapi sms itu. Dia malah berselancar
didunia maya, saat membuka email, ternyata ada email masuk. Yang satu dari
sebuah komunitas milis, memanggilnya untuk ikut milis. Dan yang kedua dari Pak
Didik Hamdani, dosen teman mengajarnya dikampus dulu. Email itu berisi Pak
Didik melamar Zahrana untuk menjadi istri yang kedua. Zahrana begitu kaget
dengan isi email itu, segera dihapusnya email dari Pak Didik seakan-akan email
itu tidak pernah ada. Zahrana merasa tidak mau menjadi gadis yang telat
menikah, dia pun menyesal kenapa dia tidak menikah dari dulu.
Sudah 6 bulan, Zahrana mengajar di
STM Al Fatah Mranggen, tapi dia belum juga menemukan jodohnya. Akhirnya dengan
ditemani Lina, Zahrana meminta tolong kepada Bu Nyai Sa’adah Al Hafidhah istri
dari pengasuh ulama pesantren Al Fatah tempat dia mengajar supaya mencarikan
jodoh untuknya. Keesokan harinya Zahrana dipanggil Bu Nyai, Zahrana akan
dikenalkan kepada Rahmad duda tanpa anak yang istrinya sudah meninggal 1 tahun
yang lalu dan dia adalah penjual krupuk keliling. Zahrana pun akhirnya
menerima. 2 minggu kemudian mereka akan menikah. Hari pernikahan semakin dekat.
Zahrana mencoba gaun pengantinnya, tiba-tiba dia mendapat sms dari nomer yang
suka menerornya akhir-akhir ini, sms itu berisi bahwa Zahrana tidak akan pernah
menikah dan akan menjadi perawan tua untuk selamanya. Saat pernikahan telah
tiba, Zahrana dikagetkan dengan berita kematian calon suaminya, Rahmad yang
tertabrak kereta api. Acara pernikahan yang digelar malah menjadi upacara bela
sungkawa. Zahrana merasa terpukul dan sedih, Lina segera membawa Zahrana
kerumah sakit untuk menenangkan jiwanya. Ternyata dokter yang merawat Zahrana
adalah ibunya Hasan, mahasiswa yang sering konsultasi saat skripsi dulu.
Ternyata penderitaan Zahrana tidak sampai disitu saja, dua hari setelah
kematian Rahmad, ternyata ayahnya juga meninggal. Zahrana mempunyai firasat
bahwa yang sering mengirim terror sms adalah Pak Karman, lelaki yang pernah
ditolak lamarannya oleh Zahrana, tetapi karna Zahrana tidak punya bukti, dia
diam saja dan mendoakan supaya siapa yang menerornya mendapat balasan atas
perbuatannya. Ternyata doa Zahrana dikabulkan, Pak Karman yang jahat itu telah
mendapatkan balasannya. Dia mati terbunuh karena berbuat cabul diruang
kerjannya.
Sore itu Zahrana pergi ke warung
untuk membeli bahan-bahan untuk membuat kolak untuk buka puasa nanti. Pulang
dari warung, ia terkejut karena ada mobil sedan tepat didepan rumahnya. Setelah
masuk dia tau kalau yang berkunjung ke rumahnya adalah Bu Dokter Zulaikha,
ibunya Hasan. Ternyata kedatangan ibu Hasan kerumahnya untuk menyampaikan
sesuatu, bahwa Hasan ingin melamarnya. Zahrana agak terkejut, dia mengira bahwa
Hasan Cuma bercanda, tapi Bu Zulaikha menyakinkan Zahrana, bahwa Hasan tidak
bercanda, dan Hasan benar-benar serius melamar Zahrana. Zahrana pun menerima
tapi dengan syarat bahwa akad nikahnya nanti malam bakda shalat terawih supaya
bisa disaksikan oleh seluruh jamaah masjid. Bu Zulaikha agak tersentak kaget,
dia tidak bisa menjawab dan dia akan memutuskan bersama keluarganya.Azan
maghrib telah berkumandang. Hasan beserta keluarganya berangkat untuk
melaksanakan akad nikah. Allamdullilah akad nikah tersebut berhasil
dilaksanakan tanpa ada halangan. Zahrana malam itu sangat bahagia, begitupun
dengan Hasan.
Dua minggu setelah idul fitri,
Zahrana membuka-buka file kartu nama. Dia melihat sebuah nama:Prof. Jiang
Daohan yang tak lain adalah guru besar Fakultas Teknik Fudan University, China.
Zahrana ingat sebelum berpisah Prof. Jiang Daohan sempat menawari dirinya
melanjukan Ph.D dengan beasiswa program dokter di Fudan University, China. Tapi
jika tawaran itu masih berlaku, dan juga suaminya, Hasan mengijinkan. Tanpa
ragu-ragu Zahrana membicarakan keinginannya pada suaminya, jika suaminya tidak
mengijinkan dan memilih agar menemani suaminya belajar di Malaysia, dia telah
siap. Diluar dugaan, Hasan ternyata sangat setuju dan akan ikut kuliah di
Fudah. Zahrana bahagia sekali. Segera ditelfonnya Prof. Jiang Daohan,
barangkali tawaran itu masih berlaku. Dan ternyata benar tawaran itu masih
berlaku.
1 bulan kemudian setalah itu,Zahrana
dan Hasan sudah sampai di China. Mereka datang lebih awal dari hari yang
dijadwalkan Prof. Jiang Daohan. Hal itu mereka lakukan untuk menikmati indahnya
bulan madu di Negeri Tirai Bambu. Zahrana pun mengajak Hasan jalan-jalan ke
Tiananmen, Istana Musim panas, Istana kota terlarang dan tentu saja ke Tembok
Raksasa.
Zahrana dan Hasan sedang jalan-jalan di Tembok
Raksasa sambil menghirup sejuknya musim semi. Zahrana berjalan dengan mengengam
tangan Hasan. Tiba-tiba Zahrana melepas genggamannya lalu berbalik dan memegang
wajah suaminya yang dulu adalah mahasiswanya. Hasan pun memandangi wajah
Zahrana yang anggun Zahrana pun bertanya apa Hasan sama sekali tidak menyesal
karena telah menikah dengannya. Hasan pun menjawab tidak, malah Hasan sanggat
beruntung mendapat wanita yang solehah. Zahrana pun tersenyum. Tak terasa air
mata Zahrana menetes, dia merasa bahagia diberi karunia oleh Allah suami
yang sholeh, romantis tetapi juga sangat
menjaga akhlak, etika dan tatakrama. Zahrana menggengan erat tangan suaminya.
Kini cinta suci itu benar-benar dia rasakan.
@FikaDey_